VIDEO PENERBANGAN KEDUA ADA DIBAWAH HALAMAN INI
Sebelum hilang kontak, pilot pesawat Sukhoi Superjet 100 sempat minta
izin turun ke 6.000 kaki dari ketinggian 10.000 kaki. Mengapa
permintaan itu muncul masih belum terkuak. Yang jelas, data satelit
menunjukkan saat peristiwa itu ada awan setinggi 37 ribu kaki atau
setinggi 11, 2 kilometer!!“Data Multifunctional Transport Satellites (MTSAT) menunjukkan sekitar waktu kejadian, awan di sekitar Gunung Salak tampak sangat rapat dengan liputan awan lebih dari 70 persen,” ujar Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, Jumat (11/5/2012).

Awan
Cumulo Nimbus diatas langit Jakarta.. Kira-kira seperti inilah jenis
awan Cumulo Nimbus yang menghalangi pesawat Sukhoi, namun awan Cumulo
Nimbus yang menghalangi pesawat sukhoi jauh lebih besar dibanding awan
ini yang hanya tebal dan tingginya beberapa kilometer saja.
“Data satelit itu memberi gambaran bahwa saat kejadian, pesawat dikepung awan tebal yang menjulang tinggi,” sambung Djamaluddin.

Kemungkinan pilot berpikir dari ketinggian pesawat yang 10.000 kaki harus terbang melebihi 37 ribu kaki mungkin terlalu tinggi.
Karena itu pilihannya terbang ke kanan, kiri, atau ke bawah.
“Pilihan minta izin menurunkan ke 6.000 kaki, mungkin juga didasarkan pertimbangan ada sedikit celah yang terlihat di bawah, tetapi terlambat memperhitungkan risiko yang lebih fatal dengan topografi yang bergunung-gunung,” papar alumnus Universitas Kyoto, Jepang, ini.
Djamaluddin menegaskan apa yang dia sampaikan hanyalah analisa berdasarkan sata satelit cuaca. Dia berharap analisa ini bisa memberi jawaban sementara atas spekulasi yang tidak berdasar.
Sebab ada pula kalangan yang menghubungkan kecelakaan pesawat ini dengan sesuatu tanpa dasar.

Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang hilang kontak saat melakukan uji terbang di sekitar Gunung Salak yang berbatasan antara Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor (lihat lokasi jatuhnya Sukhoi Super Jet 100 via satelit).
Sementara itu Humas LAPAN Elly Kuntjahyowati dalam rilisnya, mengatakan hasil pantauan satelit MTSAT menujukkan Gunung Salak sedang tertutup awan hingga mencapai 100 persen saat kecelakaan terjadi.
Indeks konveksi menunjukkan nilai berkisar 30, yang berarti lokasi tersebut kemungkinan besar sedang terjadi hujan. (vit/asy/news.detik.com/icc.wp.com)

Approximate analysis seconds from disaster of Sukhoi Super Jet 100 on May 9th 2012 by: IndoCropCircles.wordpress.com

Karena
adanya angin yang searah dengan pesawat, maka pesawat kehilangan tenaga
untuk naik (lost power) dan gagal melintasi gunung Salak .Approximate
analysis seconds from disaster of Sukhoi Super Jet 100 on May 9th 2012 –
Sukhoi super jet 100 approching salak mountain and trying to increasing
altitude but fail and crash (analyses by:
IndoCropCircles.wordpress.com)

***
Mengapa Setelah Jatuh, Sinyal Pesawat Tak Terdeteksi? Ini Dia Jawabannya!
Ada banyak teka-teki yang belum terjawab terkait jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 di tebing Gunung Salak, Rabu 9 Mei 2012 lalu. Salah satunya, Roy Suryo, pengamat teknologi, mempertanyakan alat emergency locator transmitter (ELT) yang tidak menyala saat kecelakaan.Hari ini Senin 14 Mei, alat ELT ditemukan 600 meter di bawah tebing jurang. Roy menjelaskan ELT dulu bernama ELBA (emergency location beacon-aircraft). “Itu sudah merupakan standar penerbangan sipil, kalau ada pesawat jatuh dengan tekanan impact yang tinggi, dia otomatis akan memancar frekuensi sehingga ketika dia jatuh. Bisa dicari,” kata Roy di posko evakuasi Pasir Pogor, Bogor, Senin 14 Mei 2012.
Ada tiga jenis ELT yakni untuk pendaki gunung, kapal laut, dan pesawat. Saat pesawat ini jatuh, dia otomatis on. Yang jadi pertanyaan kenapa ELT tidak terdengar sama sekali, ternyata terjawablah sekarang.
Anggota DPR ini menjelaskan, yang selama ini dijadikan panduan adalah monitor satelit yang bekerjasama dengan Basarnas, yang memonitor di frekuensi di 406 VHF.
“Ternyata ELT yang digunakan pesawat Sukhoi ini masih menggunakan frekuensi lama di 105 VHF,” jelas Roy.
Sehingga, perbedaan frekuensi itu membuat pesawat tak termonitor. “Karena 105 VHF itu jenis pancarannya line offline, lurus,” kata dia.
Ibarat seperti pancaran radio FM yang tidak bisa memancar jika terhalang gunung. “Kemarin andaikan sempat on, ELT tidak terdengar karena terhalang gunung, Setidaknya satu misteri sudah terbuka,” kata Roy.
Dia menambahkan, perbedaan frekuensi ini menjadi catatan penting dari musibah ini. “Indonesia rata-rata pakai frekuensi 406 VHF. Ini akan menjadi koreksi kalau pesawat ini masih dipasarkan,” tambah dia.
Sebelumnya, Tim SAR menyatakan tak bisa melacak keberadaan pesawat ini sesaat setelah hilang kontak pada Rabu 9 Mei 2012. Radar yang dimiliki Basarnas tidak bisa menangkap sinyal dari ELT ini.
Sementara itu, Kepala KNKT, Tatang Kurniadi, mengatakan alat ini bisa saja tidak berfungsi karena sejumlah hal.
“ELT ini high frequency, bisa tidak berfungsi karena rusak, bisa juga tidak terdeteksi karena terhalang bukit,” kata Tatang.
Emergency Locator Transmitter (ELT) Sukhoi Superjet 100 yang sudah ditemukan Tim SAR ini juga berbeda dengan yang biasa. Karena ELT dalam Sukhoi yang ditemukan itu didesain bukan untuk dideteksi satelit.
“Iya ELT itu kan yang tadi frekuensinya 121,5/243 Mhz sama itu. Sinyalnya tidak dipantulkan ke satelit. Makanya kenapa tidak memancarkan sinyal,” jelas Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Daryatmo.
Hal itu disampaikan Daryatmo dalam jumpa pers di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Senin (14/5/2012).
“Yang bisa (dipancarkan ke satelit) itu frekuensi 406 MhZ. Tapi saya yakinkan ini ELT, alat ELT ini (di Sukhoi Superjet 100) memang didesain bukan untuk yang bisa dideteksi satelit. Itu sistem lama yang mengeluarkan sinyal kemudian kita homing,” jelas Daryatmo. (umi/vivanews.com/detik.com)

PICTURES:

Rescue
team carry boxes from a helicopter at Pasir Pogor in Bogor, West Java,
Indonesia, on Friday. Rescue teams used climbing gear to scale the
nearly sheer slopes of a dormant Indonesian volcano, to reach the
wreckage of a Russian-made jetliner Sukhoi Superjet-100 that crashed
with 45 people onboard during a display flight for potential buyers.
Photo: AP / SL

Puing
pesawat Sukhoi Super Jet100 di Gunung Salak – The wreckage of a Russian
Sukhoi aircraft lies on the slopes of Mount Salak, near Bogor May 11,
2012. A rescue team found no survivors but several bodies on Thursday
when it arrived at the wreckage of the Sukhoi Superjet 100 passenger
plane that crashed into Mount Salak during an exhibition flight with 45
people on board. REUTERS/Duyeh Cidahu, Indonesia.

Documents
and the passport of a passenger of the Sukhoi Superjet-100 is held by a
rescue worker at Mount Salak in Bogor, Indonesia, Friday. Search teams
who scaled a volcano’s steep slopes found at least 12 bodies Friday near
the wreckage of a Russian-made jetliner that crashed in Indonesia
during a demonstration flight for potential buyers, an official said.
All 45 aboard the Sukhoi Superjet-100 that crashed Wednesday are feared
dead. Photo: Crack Palinggi, AP / AP

Passport
of a pilot on the Sukhoi Superjet-100 is held by a rescue worker at
Mount Salak in Bogor, Indonesia, Friday. Search teams who scaled a
volcano’s steep slopes found at least 12 bodies Friday near the wreckage
of a Russian-made jetliner that crashed in Indonesia during a
demonstration flight for potential buyers, an official said. All 45
aboard the Sukhoi Superjet-100 that crashed Wednesday are feared dead.
Photo: Crack Palinggi, AP / AP

Wreckage
of a Sukhoi Superjet-100 Superjet-100 at mount Salak in Bogor,
Indonesia, Friday. Search teams who scaled a volcano’s steep slopes
found at least 12 bodies Friday near the wreckage of a Russian-made
jetliner that crashed in Indonesia during a demonstration flight for
potential buyers, an official said. All 45 aboard the Sukhoi
Superjet-100 that crashed Wednesday are feared dead. (AP Photo/Crack
Palinggi) Photo: Crack Palinggi, ASSOCIATED PRESS / AP2012

Indonesian
police take pictures of the wreckage of a Sukhoi Superjet-100 at mount
Salak in Bogor, Indonesia, Friday, May 11, 2012. Rescue teams used
climbing gear to scale the nearly sheer slopes of a dormant Indonesian
volcano, Friday, to reach the wreckage of the Russian-made jetliner that
crashed Wednesday with 45 people aboard during a demonstration flight
for potential buyers. The crash of a Russian-made passenger jet into the
flanks of an Indonesian volcano has put a spotlight on the notoriously
informal atmosphere aboard new aircraft during manufacturer
demonstrations. Photo: AP / SL

Bahasa Indonesia polisi dan marinir membawa tubuh dari seorang korban kecelakaan pesawat di gunung Salak di Bogor, Indonesia, Jumat 11 Mei, 2012. Tim penyelamat menggunakan peralatan mendaki untuk skala lereng hampir semata-mata sebuah gunung berapi aktif bahasa Indonesia, Jumat, untuk mencapai reruntuhan pesawat jet buatan Rusia yang jatuh Rabu dengan 45 orang di atas kapal selama penerbangan demonstrasi bagi para calon pembeli. Kecelakaan pesawat jet penumpang buatan Rusia ke dalam sisi-sisi gunung berapi bahasa Indonesia telah menempatkan lampu sorot pada suasana informal yang terkenal naik pesawat baru selama demonstrasi produsen.Photo: AP / SL

Tentara Indonesia menutup tubuh plastik-kantong lebih korban meninggal yang tidak teridentifikasi antara kecelakaan pesawat di gunung Salak di Bogor, Indonesia, Jumat 11 Mei, 2012. Tim penyelamat menggunakan peralatan mendaki untuk skala lereng hampir semata-mata sebuah gunung berapi aktif bahasa Indonesia, Jumat, untuk mencapai reruntuhan pesawat jet buatan Rusia yang jatuh Rabu dengan 45 orang di atas kapal selama penerbangan demonstrasi bagi para calon pembeli. Kecelakaan pesawat jet penumpang buatan Rusia ke dalam sisi-sisi gunung berapi bahasa Indonesia telah menempatkan lampu sorot pada suasana informal yang terkenal naik pesawat baru selama demonstrasi produsen. Photo: AP / SL

Plastik dekat Bahasa Indonesia tim penyelamat meliputi lebih dari mayat korban Jumat setelah Sukhoi Superjet-100 pesawat jatuh di Gunung Salak di Bogor, Tim penyelamat Indonesia menggunakan peralatan mendaki untuk skala lereng hampir semata-mata sebuah gunung berapi bahasa Indonesia terbengkalai, Jumat, untuk mencapai reruntuhan dari pesawat jet buatan Rusia yang jatuh Rabu dengan 45 orang di atas kapal selama penerbangan demonstrasi bagi para calon pembeli. Kecelakaan pesawat jet penumpang buatan Rusia ke dalam sisi-sisi gunung berapi bahasa Indonesia telah menempatkan lampu sorot pada suasana informal yang terkenal naik pesawat baru selama demonstrasi produsen. Foto: AP / SL

Anggota
SAR membawa mayat korban Sukhoi Gunung Salak – Soldiers carrying the
body of a victim from the Sukhoi Superjet 100 crash, arrive at Halim
Perdana Kusuma airport in Jakarta May 12, 2012. A rescue team found no
survivors but several bodies on Thursday when it arrived at the wreckage
of the Sukhoi Superjet 100 passenger plane that crashed into Mount
Salak on Wednesday, during an exhibition flight with 45 people on board.
REUTERS/Supri, Indonesia.
*
[PHOTO GALLERY] Beberapa Benda yang Ditemukan di Lokasi Jatuhnya Sukhoi, COURTESY by MAPALA UI:

Kartu Tanda Penduduk milik seorang penumpang yang ditemukan di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi, 11 Mei 2012. Foto: dok. Mapala UI

Kartu
identitas karyawan Sky Aviation yang ditemukan di lokasi jatuhnya
pesawat Sukhoi di Gunung Salak, 11 Mei 2012. Foto: dok. Mapala UI

Kartu ATM atas nama Ganis Arman Zuvianto di Lokasi Jatuhnya Pesawat Shukoi di Gunung Salak, 11 Mei 2012. Foto: dok. Mapala UI
*
Photo Gallery Tim Russia turut bergabung dengan tim evakuasi Indonesia:

Tim penyelamat dari kementerian darurat Rusia berjalan situasi dalam perjalanan ke lokasi kecelakaan dari Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Minggu, 13 Mei 2012. Pesawat jet buatan Rusia memiliki 45 orang di atas kapal ketika menabrak Gunung Salak pada hari Rabu selama penerbangan dimaksudkan untuk merayu pembeli potensial penerbangan Indonesia. Foto: Jefry Tarigan / AP ctpost.com

Tim penyelamat dari kementerian darurat Rusia berjalan situasi dalam perjalanan ke lokasi kecelakaan dari Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Minggu, 13 Mei 2012. Pesawat jet buatan Rusia memiliki 45 orang di atas kapal ketika menabrak Gunung Salak pada hari Rabu selama penerbangan dimaksudkan untuk merayu pembeli potensial penerbangan Indonesia. Foto: Jefry Tarigan / AP / ctpost.com
<iframe width="420" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/HEw7C7m1tVM" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>
0 komentar:
Posting Komentar